29.1 C
Banjarmasin
Selasa, Maret 26, 2024

Dasar Kompleksometri

Apoteker.Net – Kompleksometri adalah suatu teknik analisis kimia yang menggunakan senyawa kompleks sebagai indikator atau reagen titrasi untuk menentukan konsentrasi suatu zat kimia. Kompleksometri mengandalkan prinsip pembentukan senyawa kompleks, yaitu reaksi antara suatu zat dengan senyawa lain yang menghasilkan senyawa baru yang disebut senyawa kompleks.

Dasar-dasar kompleksometri meliputi:

  1. Prinsip dasar kompleksometri, yaitu bahwa reaksi antara suatu zat dengan senyawa lain yang menghasilkan senyawa kompleks dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi zat tersebut.
  2. Senyawa kompleks, yaitu senyawa yang terdiri dari zat utama (zat yang dianalisis) dan zat pendukung (senyawa yang digunakan sebagai indikator atau reagen). Senyawa kompleks memiliki sifat yang berbeda dari zat utama dan zat pendukungnya.
  3. Indikator kompleksometri, yaitu suatu zat yang memiliki warna yang berbeda tergantung pada konsentrasi senyawa kompleks dalam larutan. Indikator ini digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi.
  4. Titrasi kompleksometri, yaitu proses pengukuran konsentrasi zat dengan menambahkan larutan zat pendukung ke dalam larutan yang akan diuji secara bertahap sampai tercapai titik akhir titrasi.

Kompleksometri dapat digunakan untuk menganalisis berbagai jenis zat, seperti logam, senyawa organik, dan senyawa anorganik. Kompleksometri juga dapat digunakan dalam berbagai bidang, seperti kimia analitik, farmasi, dan biokimia.

Salah satu cara penetapan kadar suatu ion logam berdasarkan terbentuknya suatu senyawa kompleks antar ion logam dengan senyawa pembentuk kompleks ialah dengan kompleksometri. Senyawa pembentuk kompleks sebagai donor elektron sedangkan ion logam yang bertindak sebagai akseptor elektron. Dalam larutan alkali, pembentukan kompleks lebih efisien dan lebih stabil. Namun, jika terlalu alkali, perlu diwaspadai akanterbentuknya endapan logam teroksidasi.

Liganda unidentat adalah liganda (molekul donor elektron) yang ikantannya pada ion logam hanya pada satu tempat saja, jika terdapat pada banyak tempat disebut liganda poli/multiudentat seperti dinatrium EDTA (senyawa yang dengan banyak kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1 : 1).

Umumnya, indikator yang digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah indikator logam yang mempunyai stabilitas yang lebih kecil dari dinatrium EDTA-logam dan bersifat sebagai liganda yang membentuk kompleks-logam yang warnanya berbeda dengan warnanya sendiri.

Persyaratan mendasar dalam titrasi kompleksometri ialah terbentuknya kompleks molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan adalah kelarutan tingkat tinggi, seperti kompleks logam dengan EDTA. Demikian juga titrasi dengan merkuro nitrat dan perak sianida juga dikenal sebagai titrasi kompleksometri (Khopkar, 1990).

Daerah di sekitar ion logam pusat di mana ligand-ligand (valensi tambahan bertanggung jawab dalam ikatan dengan gugus koordinasi) ditemukan dinamakan lengkung koordinasi (Petrucci, 1985).

Terbentuknya ikatan kovalen parsial dengan ligand diakibatkan oleh adanya interaksi antara ion logam pusat dengan ligand yang melibatkan pembagian pasangan elektron bebas ion logam pada tiap molekul ligand. Ion kompleks seperti ini mempunyai warna gelap namun mencolok (Oxtoby, 2001).

M(H2)n + L M(H2O)(n-1)L + H2O

Di persamaan tersebut, ligand L dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan, dengan penggantian molekul-molekul air berturut-turut selanjutnya dapat terjadi, sampai terbentuk kompleks MLn, di mana n adalah bilangan koordinasi dari ion logam itu, dan menyatakan jumlah maksimum ligand monodentat yang dapat terikat padanya (Vogel, 1994).

Dengan efek sepit, kompleks-kompleks yang dibentuk ion asetat memililki kestabilan Yang rendah dengan hampir semua kation polivalen, dan akan menjadi jauh lebih kuat karena terbentuk oleh kebanyakan kation logam. Asam-asam aminopoli karboksilat merupakan zat-zat pengompleks yang baik sekali (Vogel, 1994).

*Sumber
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Ed. IV. Depkes RI. Jakarta.Oxtoby. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Erlangga. Jakarta.
Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga. Jakarta.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analisis. UI Press. Jakarta.
Vogel. 1994. Kimia Analisis Kualitatif Anorganik. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Artikel sebelumnya
Artikel selanjutnya
Jimmy Ahyari
Jimmy Ahyari
Seorang apoteker yang juga menyukai dunia internet dan teknologi informasi. Just google my name. 🤣
Continue Reading

Disclaimer: Artikel yang terdapat di situs ini hanya bertujuan sebagai informasi, dan bukan sebagai referensi utama atau pengganti saran/tindakan dari profesional.

error: